CERPEN: Cinta Air Mineral

Baju sedikit kusut ini kukenakan saja buru-buru. Sudah tidak ada waktu lagi untuk menyetrika. Aku memoles sedikit riasan hanya lipgloss dan sunscreen lalu segera berpamitan dan berangkat. Terlambat setengah jam dari jadwal memang sudah sangat biasa kulakukan. Panitia yang lain sudah lelah memarahi, paling hanya ditertawakan lalu diperbudak seperti biasa akibat keterlambatan yang berulang. 

“Lampu merah ini lama sekali” hardikku setelah melirik ponsel yang ada di dashboard. 

Hari ini adalah hari dimana organisasiku mengadakan kegiatan donasi bagi bagi buku yang mengundang anak dan orang tua dari beberapa desa. Acara yang cukup dipersiapkan dengan matang dan harapannya dapat berjalan dengan lancar. Aku memilih menjadi anggota sie acara yang harus memastikan acara berjalan dengan baik, tapi justru aku yang terlambat. Payah. 

Setengah jam menunggu 12 bungkus makanan memperparah keterlambatanku dan aku datang dengan melihat wajah anggota lain yang lesu dan menahan angkara murka sebab cacing di perut mereka sudah berdemo sejak tadi. Haha. Semuanya buru-buru menghabiskan makanan dan melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda. 

“Makanan dataang” Teriakku memecah hiruk pikuk anggota lain yang sudah mulai sibuk mempersiapkan acara sambil menengok kanan kiri memastikan bahwa tidak ada wajah kak Ari disini. 

Kak Ari, manusia paling disiplin di antara sekian banyak anggota. Selalu memberikan ceramah tentang pentingnya kedisiplinan kepadaku yang hobi terlambat. Sayang sekali, ceramahnya tak pernah sekalipun aku hiraukan karena aku merasa hanya terlambat, bukan tidak disiplin. Dalam banyak pekerjaan di organisasi ini dapat aku selesaikan dengan baik dan tepat waktu. 

“hari ini kamu yang terlambat?” tanyaku mengejek. 

“ya” jawab Kak Ari ketus lalu pergi. 

Entah apa salahku. Dia selalu ketus. Hanya padaku, pada yang lain dia ramah dan baik. Akupun entah kenapa selalu takut padanya sejak awal masuk organisasi ini. Dia adalah orang yang selalu aku hindari. Badannya yang tegap, sixpack dengan dada membusung, wangi, mempesona, tatapannya sinis, dan kata kata yang tajam. 

“Hei, kenapa diem aja? Kamu bagian apa?” Tanya Kak Ari sambil menepuk bahuku, lebih tepatnya memukul. 

“Aku sie acara, masih nunggu pengisi acara dateng mau bantuin make up in!” Jawabku sama ketusnya. 

“Make up nya biar yang lain, kamu ikut aku!” Perintahnya angkuh. 

Shit, tidak bisakah dia sedikit saja bersikap ramah atau berbicara dengan nada sopan? Aku baru selesai makan bahkan belum menyentuh minuman sudah disuruh mengikuti apa yang dia mau. Ingin rasanya aku berbalik lalu tidak lagi mengikutinya yang menuju belakang panggung. 

“Kamu disini aja, atur rundown acaranya. Komunikasi dengan tim dibelakang untuk penampil selanjutnya. Jangan sampai ada jeda terlalu lama.” Jelasnya. 

“Oke bos, biar aku disini sama Ajeng, dia juga acara” 

“Ga perlu, Ajeng dengan tim yang dibelakang. Kamu disini satu tim denganku.” Sanggahnya. 

Seandainya manusia ini bukan ketua panitia, sudah kubantah habis kata katanya. Seandainya bisa kutukar dia dengan Ajeng, mungkin sepanjang acara ini akan jadi menyenangkan. 

“Kenapa? Kok diem” tanyanya ketus memecah lamunanku. 

“Hmmm, it’s fine. OK” Jawabku berusaha menerima. 

“Ini rundownnya” Sambil menyerahkan beberapa kertas dan menjelaskan secara rinci masing-masing kegiatan. 

Satu jam berlalu, segalanya berjalan lancar meski harus merelakan diri menjadi pembawa acara dadakan. Dua kali sesi lima menit dipanggung membuat tenggorokanku terasa sangat kering karena memang sejak sarapan tadi belum sempat melihat minuman, apalagi menenggaknya. Aku berkeliling mengitari belakang panggung berharap ada yang menyiapkan minuman, tapi aku tidak berhasil menemukannya. 

Satu satunya cara adalah aku harus ke basecamp untuk mengambil air minum, tapi masih ada setengah acara yang harus diatur. Aku bertanya ke beberapa anggota lainnya berharap ada yang membawa minuman, sayangnya tidak ada satupun yang membawa. Aku yang kebingungan kesana kemari sepertinya terdeteksi oleh seseorang. 

“cari apa?” tanya Kak Ari ketus. 

“Cari minum mas, haus banget.” Jawabku memelas. 

“itu kotak minuman dibelakang udah di cek?” Maish dengan nada ketusnya. 

“udah, kotak itu berisi buku. Aku ke basecamp aja nunggu disini ada yang jaga.” Jawabku sambil menelan ludah membasahi tenggorokan yang sudah meronta ronta. 

“gausah kemana mana” Jawabnya sambil berlalu meninggalkanku. 

“sial” umpatku. Tidak bisakah dia sedikit saja menjadi manusia? Dia sengaja menginginkan aku tersiksa kehausan berapa lama? Oke aku sering terlambat, tapi bukan begini cara menghukum yang baik. Aku terus saja berkelakar sendiri, menahan emosi, menahan rasa haus sambil mempersiapkan pengisi acara selanjutnya. 

“Jeng, tunggu disini sebentar” Ajeng akhirnya datang setelah tadi ku kirimkan pesan singkat padanya untuk menggantikan posisiku sebentar saja karena aku kehausan. 

Aku meninggalkan Ajeng dengan kondisi sudah kujelaskan semua kegiatan yang harus dilakukan beberapa menit setelah ini pengisi acara turun dari panggung. Aku juga meninggalkan tempat acara juga tidak akan lama. Hanya mengambil beberapa gelas minuman untuk persediaan satu jam yang akan datang. Base camp dan tempat acara hanya jeda satu rumah saja dan aku harus melewati lorong dari belakang panggung dan kerumunan orang tua di depan lorong. 

“mau kemana” Tanyanya ketus. 

Aku yang sedari tadi berjalan di lorong sambil mengintip panggung sontak menoleh kedepan dengan sedikit terkejut lalu memandangi seseorang dengan tubuh tegap membawa beberapa air mineral gelas di dadanya yang bidang. Aku melihat wajahnya sambil mengagumi pesonanya yang tiba-tiba menyeruak meluluhkan siapapun yang memandangnya. Rasa benci yang biasanya melingkupi seketika berubah menjadi kekaguman luar biasa. Jantungku terasa berlari mengitari lapangan seolah bersorai atas apa yang terjadi. Hatiku yang biasanya kosong, kini seolah dibebani ini yang memenuhi ruang. Cinta dan Benci memang tipis sekali, mungkin inilah satu dari sekian banyak bukti. Satu per sekian detik kami saling memandang, dan 

“hei, mau kemana?” Tanyanya memecahkan lamunanku. 

“mau ambil minum” Jawabku berusaha menahan degup jantung yang tiba-tiba berdetak lebih cepat dari biasanya. 

“ini kubawakan buatmu” sambil menyerahkan air mineral itu kepadaku. 

“oh ...... ” 

“buat yang lain juga, bukan buat kamu aja” jawabnya menyela jawabanku yang bahkan satu kata saja belum. 

Belum sempat aku berterima kasih, dia sudah pergi ke belakang panggung sambil aku mengikutinya. Ya Tuhan, manusia yang selama ini aku takuti ternyata membuat jantungku berdegup sekencang kuda yang sedang berlari di pacuan. Manusia yang selama ini selalu dingin, justru menaruh perhatian meski hanya karena sebuah air mineral. 

Apa yang sesungguhnya terjadi? Aku termakan oleh pesonanya, atau aku yang termakan perhatiannya, atau bahkan keduanya. Tidak mungkin semua berbalik sesingkat ini.

Uswatun Khasanah Katasmir

Post a Comment

1 Comments

  1. AGEN TERPERCAYA
    MIX PARLAY
    BERITA BOLA

    Mariobola adalah agen Mix Parlay terbesar Saat ini di Indonesia yang sudah tidak diragukan lagi dalam hal melayani dan membantu masalah yang dihadapi member dalam hal pembuatan akun dan masalah games.
    Hanya dengan 1 User ID anda bisa bermain semua game, buruan daftar di Mariobola.
    Ayo Join Mariobola Sekarang Juga

    Promo Yang berlaku Di www.mariobola.net
    HOT PROMO :

    - Bonus Deposit 10% Setiap hari (max 200 Rb) Minimal TO 2x
    - Bonus Cashback Mingguan Di Sportbook 5% - 15%
    - Bonus Refrensi 2,5% Seumur Hidup Di Permainan Sportbook
    - Bonus Rollingan Casino 0.8%

    Diskon Togel :
    Discount 4D : 66.00% , 3D : 59.5.00% , 2D : 29.5.00%
    Kombinasi = 5%
    Shio = 12%
    Colok Angka (1A) = 5%
    Colok Macau (2A) = 15%
    Colok Naga (3A) = 15%
    Colok Jitu = 8%

    Silakan Bossku^^

    ReplyDelete